Artikel

Di awal tahun 1952, Kolonel A.E. Kawilarang, saat menjabat sebagai Panglima Tentara dan Territorium-III/Siliwangi (TT.III/SLW), berdasarkan rasa tanggung jawab terhadap peningkatan kemampuan TNI khususnya TNI Angkatan Darat serta pengalaman dalam operasi di Ambon bersama Letkol Ign. Slamet Riyadi, berupaya untuk membentuk suatu satuan yang memiliki kemampuan khusus komando di lingkungan TT.III/SLW.

1. Pemberontakan RMS tahun 1950. 2. Menumpas pemberontakan DI/TII tahun 1953 di Jawa Barat. 3. Menumpas pemberontakan PRRI tahun 1958 di wilayah Sumatera.

PRESTASI YANG BERHASIL DIUKIR OLEH KORPS BARET MERAH

Kopral Dua (Anumerta) Suparlan adalah prajurit Kopassandha (sekarang Kopassus) yang lahir di Yogyakarta pada 18 Mei 1959.

Atang Sutresna adalah prajurit Kopassandha (kini Kopassus) yang lahir di Tasikmalaya pada 22 Agustus 1943. Atang merupakan Alumni Akademi Militer tahun 1965, yang kemudian menjadi prajurit Kopassandha pada tahun 1967.

Kesko TT.III/Siliwangi yang merupakan cikal bakal satuan ini, lahir ditengah berbagai keterbatasan baik sarana maupun prasarananya. Meskipun disiapkan dan akan menyandang predikat sebagai satuan khusus, Kesko TT.III/Siliwangi hanya menempati kantor di salah satu bagian Markas Depot Batalyon, demikian juga halnya dengan pakaian seragam bagi prajurit-prajurit satuan.

Tau kah Anda sejarah tentang Pisau Komando? Sejarahnya berawal dari kreasi Letda Inf R.A. Fadillah, salah seorang perwira KKAD lulusan Kern Instrukteur atau tenaga pelatih inti KKAD tahun 1953.

Prajurit Baret Merah…, demikian sebutan bagi prajurit-prajurit Kopassus, Baret Merah memang merupakan salah satu atribut Satuan Kopassus, yang penggunaannya telah berlangsung sedemikian lama seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan organisasi satuan, sehingga menjadi suatu ciri khas yang sangat lekat dengan prajurit pasukan khusus.

Guna lebih meresapkan jiwa korsa dan semangat kepahlawanan ke dalam dada setiap prajurit Baret Merah, pada tanggal 20 Juli 1967 dilaksanakan Lomba Cipta Hymne Baret Merah dan Mars Komando. Kedua lagu tersebut dimenangkan oleh seniman serba bisa Titiek Puspa dan Bing Slamet yang kemudian diaransir oleh Mochtar Embut.