Operasi Mapenduma (1996)
Misi pembebasan sandera di pedalaman Papua
Operasi Mapenduma adalah misi militer yang bertujuan membebaskan sandera yang disekap oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada tahun 1996 di Papua. Nama operasi ini diambil dari desa tempat penyanderaan terjadi.
Latar Belakang dan Peran Kopassus
Pada 8 Januari 1996, kelompok OPM yang dipimpin oleh Daniel Yudhas Kagoya dan Kelly Kwalik menyandera 26 anggota Tim Ekspedisi Lorentz '95 yang sedang melakukan penelitian di Desa Mapenduma. Para sandera terdiri dari peneliti asing dan Indonesia, termasuk seorang wanita hamil. Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dipimpin oleh Brigadir Jenderal Prabowo Subianto, dipercaya untuk memimpin operasi pembebasan ini.
Misi dan Pelaksanaan
Negosiasi yang dipimpin oleh Palang Merah Internasional (ICRC) gagal setelah 120 hari karena OPM menuntut kemerdekaan Papua. Jalur diplomasi buntu, sehingga TNI akhirnya memutuskan melancarkan operasi militer. Operasi ini dipercayakan kepada Kopassus di bawah komando Brigjen Prabowo Subianto. Kopassus memainkan peran vital dalam operasi ini, memanfaatkan keahlian pergerakan senyap di hutan belantara Papua, kemampuan menembak, dan navigasi jejak.
Pada 9 Mei 1996, Kopassus melancarkan operasi militer rahasia yang melibatkan sekitar 800 personel TNI, termasuk Den-81 Anti Teror. Operasi ini berhasil membebaskan sebagian besar sandera, meskipun dua orang sandera WNI tewas dibunuh oleh OPM sebelum penyelamatan.
Salah satu prajurit Kopassus yang menonjol adalah Sersan Kepala Bayani, putra asli Papua yang ahli membaca jejak dan bergerak tanpa alas kaki di hutan. Informasinya kepada Brigjen Prabowo tentang posisi sandera sangat menentukan keberhasilan operasi, yang kemudian dijuluki dunia sebagai “Mission Impossible.”
Kronologi Singkat Pembebasan Sandera
- 8 Jan 1996 — 26 anggota Tim Ekspedisi Lorentz '95 disandera OPM di Mapenduma.
- Jan–Mei 1996 — ICRC memediasi negosiasi, namun gagal karena tuntutan kemerdekaan.
- 9 Mei 1996 — TNI memutuskan operasi militer. Kopassus memimpin penyerbuan di Desa Geselama.
- 9 Mei 1996 — Sebagian besar sandera dibebaskan. Dua sandera WNI (Navy Panekanan dan Matheis Y. Lasamalu) tewas dibunuh OPM sebelum penyelamatan.
Peran Kopassus
Kopassus memainkan peran yang sangat krusial dalam operasi ini. Mereka tidak hanya bertugas sebagai tim penyerbu, tetapi juga melakukan navigasi dan infiltrasi di medan hutan yang lebat. Keberhasilan operasi ini menjadi salah satu pencapaian besar Kopassus, membuktikan kemampuan mereka dalam menjalankan operasi penyelamatan yang sangat berisiko.
Operasi Mapenduma menjadi bukti nyata bagaimana Kopassus mampu beroperasi secara efektif di lingkungan paling menantang, menjadikannya salah satu operasi militer paling terkenal dalam sejarah Indonesia.