Operasi Militer Besar

Operasi Trikora (1961—1962)

Merebut kembali Irian Barat dari Belanda

Operasi Trikora, atau Tri Komando Rakyat, adalah operasi militer yang dilancarkan oleh Indonesia untuk merebut Irian Barat (sekarang Papua dan Papua Barat) dari kekuasaan Belanda. Operasi ini berlangsung dari tanggal 19 Desember 1961 hingga 15 Agustus 1962.

Latar Belakang

  • Perselisihan Pasca KMB: Latar belakang utama dari Operasi Trikora adalah kegagalan Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tahun 1949 untuk menyelesaikan status Irian Barat. Meskipun Indonesia telah diakui kedaulatannya, Belanda tetap bersikeras untuk mempertahankan wilayah tersebut.
  • Jalur Diplomasi yang Buntu: Selama bertahun-tahun, Indonesia mencoba berbagai upaya diplomasi, termasuk melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), untuk mengembalikan Irian Barat. Namun, upaya-upaya ini selalu menemui jalan buntu karena Belanda tidak menunjukkan itikad baik.
  • Sikap Belanda: Belanda bahkan mulai melakukan persiapan untuk membentuk "negara boneka Papua" yang terpisah dari Indonesia, sebuah tindakan yang dianggap sebagai upaya memecah belah kedaulatan.

Isi Tri Komando Rakyat (Trikora)

Pada tanggal 19 Desember 1961, Presiden Soekarno mengumumkan Tiga Komando Rakyat di Alun-alun Utara Yogyakarta. Isinya adalah:

  • Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan Belanda.
  • Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat.
  • Bersiaplah untuk mobilisasi umum demi mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air.

Kronologi

  • Tahap Persiapan (Des 1961 – Mar 1962): Persiapan militer, politik, dan diplomasi. Indonesia mendapat dukungan senjata dari Uni Soviet serta dukungan negara-negara non-blok.
  • Tahap Pertempuran (Apr – Jul 1962): Pertempuran terjadi antara pasukan Indonesia dan Belanda di Irian Barat. Indonesia berhasil menguasai beberapa daerah. Namun, terjadi pertempuran laut di Laut Arafura yang mengakibatkan gugurnya Komodor Yos Sudarso.
  • Jalur Diplomasi (Konferensi New York): Tekanan militer Indonesia serta dukungan internasional (terutama dari Amerika Serikat) memaksa Belanda berunding. Pada 15 Agustus 1962 ditandatangani Perjanjian New York.

Hasil dan Dampak

  • Perjanjian New York: Belanda menyerahkan Irian Barat kepada UNTEA pada 1 Oktober 1962. UNTEA lalu menyerahkannya ke Indonesia pada 1 Mei 1963.
  • Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA): Sesuai perjanjian, Indonesia wajib mengadakan PEPERA sebelum akhir 1969. Hasilnya, rakyat Irian Barat memilih bergabung dengan Indonesia.
  • Penguatan Kedaulatan: Trikora menegaskan kedaulatan Indonesia atas seluruh wilayah bekas Hindia Belanda, sekaligus membangkitkan semangat nasionalisme dan persatuan bangsa.

Peran RPKAD (Kopassus)

Dalam Operasi Trikora, pasukan khusus Indonesia memainkan peran sangat penting, terutama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), kini Kopassus. Peran mereka antara lain:

  • Infiltrasi & Penyusupan: Pasukan RPKAD diterjunkan diam-diam ke Irian Barat, membangun basis gerilya, serta mengorganisir rakyat untuk mendukung integrasi dengan Indonesia.
  • Perang Gerilya: RPKAD melatih penduduk lokal dan melancarkan serangan gerilya terhadap pos Belanda. Operasi ini melemahkan moral musuh sekaligus memperkuat dukungan rakyat.
  • Operasi "Naga": Pasukan RPKAD diterjunkan ke daerah Merauke. Meski menghadapi medan sulit dan perlawanan ketat, operasi ini berhasil mengganggu kontrol Belanda di wilayah tersebut.

Peran RPKAD dalam Operasi Trikora sangat krusial karena membuka front di dalam Irian Barat, memaksa Belanda kembali ke meja perundingan. Keberanian dan pengorbanan para prajurit RPKAD menjadi salah satu faktor kunci keberhasilan Indonesia merebut Irian Barat.

Disusun ulang dalam format kuratorial. Terakhir diperbarui: September 2025.