Sejarah Organisasi

Kesedihan di Balik Alih Status Kariango

Reorganisasi Kopassus dan lahirnya Brigif Linud 3/Kostrad

Sekitar 1980-an, banyak terjadi perampingan di tubuh TNI. Mulai dari Kodam hingga Kopassus. Berbagai argumentasi diberikan untuk mencegah pengurangan prajurit Kopassus, tetapi pengurangan pada akhirnya tetap harus dilaksanakan, salah satunya adalah alih status Brigif 3 Linud Kopassus di Kariango menjadi Brigif Linud 3/Kostrad.

Model perampingan organisasi dilakukan dengan cara seleksi kepada seluruh prajurit Kopassus, termasuk dari anggota Brigif 3 Linud Kopassus. Seleksi dilaksanakan di Sukabumi pada 1986. Anggota Kopassus kembali menjalani ujian di medan berat untuk diukur kemampuan fisik, mental, dan kecerdasannya. Tes dilakukan satu-satu dan didampingi psikiater. Latihan patroli malam hari juga dilakukan. Hari pertama hasil masih bagus. Hari kedua mulai ada yang mengantuk, hari ketiga lebih banyak lagi yang mengantuk.

Pada hari ketiga itu, prajurit Kopassus yang diseleksi diminta tidur sendiri-sendiri. Mereka diberi tahu akan kembali berangkat pukul 03.00 dini hari. Ada yang bangun, tapi ada juga yang terus tidur sampai seharian. Tes ini untuk mengukur tanggung jawab para prajurit. Hanya sekitar 2.500 orang yang lulus setelah melewati berbagai tes selama seminggu. Mereka yang lulus tentu saja tetap boleh mengenakan baret merah dan tinggal di Jakarta. Sementara yang tidak lulus ditempatkan dalam kesatuan baret hijau Kostrad.

Pergantian baret tersebut juga sempat menimbulkan aksi protes dari mereka yang tidak lolos. Bahkan salah satu bentuk protesnya adalah dengan melepaskan sejumlah tembakan. Ada beberapa prajurit yang kemudian berurusan dengan Polisi Militer akibat aksi protesnya itu. Upacara pergantian baret dilaksanakan di Ksatrian Kariango. Proses itu amat mengharukan. Pada waktu acara timbang terima, semua berdiri mengenakan baret merah. Setelah upacara, semua bergantian menundukkan kepala, mengambil baret hijau dan menggantikan baret merah yang dipakai.

Kolonel Tarub terpilih menjadi komandan pertama Brigif Linud 3/Kostrad di Kariango. Ia pun mengakui reorganisasi Kopassus adalah peristiwa yang tidak mudah. Ia mengingat bagaimana dirinya terus memberikan semangat kepada prajurit Kopassus yang beralih menjadi anggota Kostrad.

“Memang nggak gampang untuk jaga semangat mereka. Saya meyakinkan mereka bahwa walaupun sekarang jadi Kostrad, tetapi tetap Kopassus. Tidak kenal menyerah, jiwa korsa. Tidak ada bedanya dengan Cijantung. Pokoknya saya kuatkan mereka,” cerita Letjen (Purn) Tarub saat menguatkan anak buahnya dulu. Dengan menjadi komandan Brigif Linud 3/Kostrad, Tarub juga mengikuti prosesi pergantian baret. Kepada Try Sutrisno, lulusan Akmil 1965 ini meminta izin untuk berjongkok ketika baret merahnya diganti menjadi baret hijau.

“Waktu baret merah saya diambil, diganti baret hijau, saya jongkok. Saya minta ke Pak Try bahwa dulu saya terima baret merah dengan jongkok di Pantai Selatan. Jadi ini kalau dilepas, saya maunya jongkok juga,” ujar Tarub. Try Sutrisno menyetujui permintaan Tarub. Mantan Komandan Kopassus itu juga mengenang kepedihannya saat prosesi pergantian baret di Kariango.

“Banyak yang menangis. Luar biasa. Saya bilang, baret itu nggak masalah, yang penting ada di sini (menunjuk dada). Bagaimana semangat jiwa kita di situ, kita semangat, kita Kopassus. Selalu saya semangati mereka. Saya buat jargon-jargon, Kokoh seperti Batu Karang, misalnya” urai Tarub.

Saat menjadi komandan Brigif Linud 3/Kostrad, Tarub terus menggali semangat dan membangun kebanggaan anak buahnya yang tak lagi menjadi personel Kopassus, melalui sarana olahraga. Dengan pembinaan melalui sarana olahraga seperti sepakbola dan voli, Tarub ingin membuat anak buahnya tetap gembira dengan menyalurkan energi pada hal-hal positif.

Disusun ulang dalam format kuratorial. Terakhir diperbarui: September 2025.