Letnan Kolonel (Purn.) Mochammad Idjon Djanbi (lahir Rokus Barendregt Visser, juga ditulis Rodes Barendrecht Visser) adalah sosok legendaris—komandan pertama dan salah satu pendiri pasukan cikal bakal Kopassus. Mantan perwira komando Belanda ini kemudian memilih menjadi warga negara Indonesia.
Ia lahir di Boskoop, Belanda, pada 13 Mei 1914 dari keluarga petani bunga dan peternak. Minat pada agraria membawanya menempuh kursus di Liverpool, Inggris, lalu berusaha di bidang ekspor-impor agraria dan hortikultura (1935–1940).
 1952-1956.jpg)
Masa Perang & Pengalaman Tempur
Perang Dunia II (1939) membuatnya tak bisa pulang ke Belanda yang diduduki Nazi. Pada 1940 ia bergabung ke dinas militer sukarela Sekutu. Tugas pertamanya menjadi sopir Ratu Wilhelmina, kemudian operator radio pada pasukan Belanda ke-2. Ia menjalani operasi tempur pertamanya dalam Operasi Market Garden (September 1944) bersama elemen Divisi Lintas Udara ke-82 AS (berbaret merah), dan terlibat pula dalam operasi amfibi Sekutu.
Kinerja baik mengantarnya naik pangkat menjadi letnan. Setelah Jepang kalah, pada 1946 ia dikirim ke Indonesia. Ia menjadi komandan sekolah terjun payung Belanda di Jayapura (Hollandia), lalu pada 1947 sekolah dipindahkan ke Cimahi, Bandung; pangkatnya meningkat menjadi kapten. Hingga 1949 sekolah ini meluluskan banyak prajurit terjun payung.
Hijrah ke Indonesia & Perintis Pasukan Khusus
Usai perang, ia menetap di Indonesia, menikah dengan perempuan Sunda, memeluk Islam, dan mengubah nama menjadi Mochammad Idjon Djanbi. Pada 1952, Letkol A.E. Kawilarang merekrut Djanbi untuk membentuk dan melatih pasukan khusus. Ia ditunjuk sebagai komandan pertama Kesatuan Komando Angkatan Darat (KKAD), cikal bakal Kopassus, membawa disiplin dan standar latihan tinggi dari Inggris-Belanda.
Standar Latihan yang Diterapkan
- Latihan Komando: survival di alam, navigasi, operasi senyap.
- Latihan Fisik & Mental: gemblengan hingga batas maksimal untuk membentuk daya juang tinggi.
- Latihan Terjun Payung: pelopor pendidikan terjun payung militer di Indonesia.
Metode tersebut melahirkan prajurit andal “Pasukan Baret Merah” untuk misi infiltrasi hingga kontra-pemberontakan.
. 1952-1956.jpg)
Akhir Dinas & Warisan
Atas dedikasi membangun pasukan elite TNI AD, ia dijuluki “Bapak Kopassus.” Ia pensiun pada 1969. Letkol (Purn.) Mochammad Idjon Djanbi wafat pada 1 April 1977 di RS Panti Rapih, Yogyakarta, dua minggu pasca operasi usus buntu. Jenazahnya dimakamkan dengan upacara militer di TPU Yogyakarta. Namanya dikenang sebagai tokoh penting dalam sejarah militer Indonesia.